Kitab Alfiyah Ibnu Malik: Pengertian, Biografi Pengarang, Isi, dan Harganya

Dalam dunia kepesantrenan, kajian bahasa arab tentu menjadi sebuah aspek yang sangat wajib untuk dipelajari. Bahkan memang dunia pesantren sudah identik dengan bahasa arab. Dalam pembelajaran bahasa Arab, tentu setiap kiai atau muallim biasanya memiliki kitab pegangan dalam mengajari santrinya bahasa arab. Nah salah satu kitab pegangan dalam pembelajaran bahasa arab, khususnya pembelajaran tingkat mahir adalah kitab alfiyah.

Lantas apa sih sebenarnya kitab alfiyah itu, siapa pengarangnya dan bagaimana biografinya? Serta apa saja isinya? Penasaran? Simak ulasan kami berikut ini!

Pengertian

Kitab Alfiyah secara bahasa merupakan isim nisbah dari kata alfun yang memiliki arti seribu. Dinamakan alfiyah karena memang kitab ini berisikan 1000 nadzom (syair) tentang ilmu nahwu dan sharaf. Meskipun begitu jumlah nadzomnya tidak 1000, akan tetapi berjumlah 1002 nadzom. Yang mana 2 bait tambahan tersebut memiliki kisah yang luar biasa .

Dalam menulis kitab ini, Ibnu Malik terinspirasi dari almarhum sang guru, Syekh Ibnu Mu’thiy, yang sudah terlebih dahulu menyusun sebuah nadzom yang berjumlah 500 bait. Karya Syekh Ibnu Mu’thiy itu, “Alkaafiyah”, masyhur disebut “Alfiyah Ibn Mu’thiy”. Disebut Alfiyah, karena terdiri dari 1000 satar. Adapun satar yaitu setengah bagian dari satu bait.

Kisah Dibalik Penambahan 2 Nadzom

Terkait tambahan 2 nadzom dalam muqoddimah, ada cerita menarik dibalik penambahan 2 bait tersebut. Tentang arti dari sebuah rasa bangga, tentang ta’dzim sang penulis yaitu Ibnu Malik kepada sang guru, tentang tulusnya sebuah karya, juga tentang adab terhadap guru yang sudah berpulang ke rahmatullah.

Dikisahkan ketika beliau sudah mantap menyimpan semua gambaran nadzom Alfiyah dalam memori otaknya, beliau pun memulai untuk menulis untaian nadzom yang indah tersebut. Hingga pada saat beliau menulis bait ke lima, bagian satar ke sepuluh yang berbunyi;

وتَقتضِى رضًا بغير سخطٍ # فائقةً ألفيّةً ابن معطى

Artinya: Dan kitab Alfiyah itu akan menarik keridhoan yang tanpa didasari kemarahan #Dan kitab Alfiyah ini lebih unggul dari kitab Alfiyahnya Ibnu Mu’thiy.

Seketika semua hafalan dalam memori Imam Ibnu Malik lenyap. Beliau tidak ingat satu huruf pun. Imam Ibnu Malik pun merasa cemas, sedih, bingung, dan tak tahu apa yang harus beliau lakukan. Hingga akhirnya beliau tertidur pulas dan bermimpi bertemu seorang kakek yang berpakaian serba putih.

Kakek itu menepuk pundak Syekh Ibnu Malik sambil berkata, “Wahai anak muda, bangunlah! Bukankah kamu sedang menyusun sebuah kitab?”

“Iya kek,” seketika Imam Ibnu Malik terbangun. “Namun aku lupa semua hafalanku, sehingga aku tak mampu tuk melanjutkannya” jawabnya.

Kakek itu pun bertanya, “sudah sampai mana kamu menulisnya?”

“Baru sampai bait kelima”, beliau menjawab sambil membacakan bait yang terakhir. “Bolehkah aku melanjutkan hafalanmu,?” tanya kakek tersebut.

“Tentu saja,” jawab Imam Ibnu Malik. Kakek itupun membacakan sepasang bait:

فائقةً من نحو ألف بيتي # والحيّ قد يغلب ألف ميّتي

Artinya: Seperti halnya mengungguli dalam seribu bait #Orang yang masih hidup, terkadang mengalahkan 1000 orang yang sudah meninggal.

Seketika setelah mendengar satu bait yang diucapkan oleh kakek tersebut, Syekh Ibnu Malik pun terbangun dan beliau pun menyadari satu hal, bahwa kakek dalam mimpinya itu tak lain adalah gurunya sendiri, Syekh Ibnu Mu’thiy yang dengan jelas menegur Syekh Ibnu Malik dengan sindiran di bait tersebut.

Beliau juga sadar, bahwa ungkapan bangga yang beliau ungkapkan dalam bait kelima tersebut ternyata merupakan perasaan takabbur yang timbul dari nafsunya, perasaan yang secara tidak langsung telah menerobos sebuah adab, akhlaqul karimah seorang murid kepada gurunya.

Sadar akan hal itu, Imam Ibnu Malik pun bertaubat kepada Sang pencipta atas rasa takabburnya. Beliau juga hendak meminta maaf kepada Imam Ibnu Mu’thiy, beliau berziarah ke makam Syekh Ibnu Mu’thiy. Selepas berziarah, beliau pun hendak melanjutkan karangan tersebut dengan menambahkan 2 bait di bagian mukadimah yang pada awalnya tidak masuk dalam rencana, dengan harapan bahwa hafalannya akan pulih kembali.

Dua bait tersebut berbunyi seperti ini:

وهو بسبق حائز تفضيلا # مستوجب ثنائي الجميلا

والله يقضي بهبات وافرة # لي وله في درجات الآخرة

Artinya: Dan dia (Imam Ibnu Mu’thiy) memang lebih dahulu dan mendapatkan keunggulan. Dia juga pantas mendapatkan pujian (legitimasi) yang sangat baik dariku.

Semoga Allah memberikan anugerah yang sempurna untukku dan juga beliau dalam derajat yang tinggi di akhirat kelak.

Secara ajaib, semua memori hafalan nadzom yang ingin beliau tulis itu pun kembali tergambar jelas di otak dan hatinya. Beliau pun sangat bersyukur dan kemudian melanjutkan karangannya. Hingga akhirnya terciptlah sebuah kitab gramatika bahasa arab yang melegenda dan diakui keunggulann dan kelebihannya oleh para ulama.

Karena kelebihannya, banyak ulama menulis kitab syarah untuk Alfiyah, dan dari syarah-syarah itu, para ulama kemudian menuliskan kitab khasyiah yang membahas lebih mendalam kitab syarah. Di antara kitab syarah dari Alfiyah Ibnu Malik yang terkenal adalah 

  • Syarh Ibnu Aqil karya Jamaluddin Muhammad Ibnu Abdillah bin malik
  • Tashil al-Fawaid dan Nazham Alfiyah karya Al Muradi
  • Audhal al-Masalik karya Ibnu Hisyam
  • Manhaj al-Salik karya al-Asymuni
  • Dan masih banyak lagi

Sedangkan judul-judul kitab khasyiah yang masyhur antara lain: 

  • Khasyiah Al-Khudhoriy atas Ibnu ‘Aqil, 
  • Khasyiah Ash-Shobban atas syarh Al-Asymuniy, 
  • Khasyiah Ibnu Hamdun atas syarh Al-Makudiy,
  • Dan masih banyak lagi

Biografi Pengarang

Ibnu Malik Ibnu Malik memilki nama lengkap Abu Abdillah Jamaluddin Muhammad ibnu Abdulloh ibnu Malik al-Tha’i al-Jayyani al-Andalusi. Beliau lahir pada tahun 1203 M bertepatan dengan 600 H di kota Jayyan, salah satu kota utama di Andalusia (Spanyol) bagian Selatan 1203 M. Sejak kecil ia dikenal sebagai anak yang cerdas dan rajin belajar. Sehingga tak heran beliau berhasil menghafal al Quran dan ribuan hadis di usia yang masih sangat belia.

Seiring dengan bertambahnya usia, Ibnu Malik sangat rajin dan penuh semangat. Ia berhasrat mendalami ilmu-ilmu keislaman yang populer di masanya, seperti Hadis dan Tafsir. Namun karena situasi politik yang kurang mendukung, Ibnu Malik harus rela meninggalkan kota kelahirannya -Jayyan pada 1246 M jatuh ke tangan tentara Castella- dan memilih untuk hijrah ke Damaskus.

Di Damaskus, Ibnu Malik justru memalingkan orientasi belajaranya. Awalnya hendak memperdalam ilmu Hadis dan Tafsir, tetapi belakangan cenderung ke ilmu nahwu dan shorof. Perubahan orientasi keilmuan Ibnu Malik dilatari oleh rasa ingin tahu tentang fenomena struktur bahasa Arab yang ia temui berbeda antara satu daerah dengan daerah yang lain. Padahal, gramatikal arab sangat penting perannya dalam memahami al-Qur’an dan Hadis sebagai sumber keilmuan.

Belum puas mendalami ilmu nahwu dan shorof di Damaskus, Ibnu Malik melanjutkan pengembaraan intelektualnya ke kota Hallab (Aleppo; Syiria Utara). Di kota ini Ibnu Malik belajar kepada Muwaffiquddin ibnu Ya’isy dan Ibnu Amri’un al-Hallabi.

Berkat kecakapannya mengkomparasikan teori-teori nahwu-shorof madzhab Iraq, Syam (Masyriq) dan Andalusia (Maghrib), karir intelektual Ibnu malik kian diperhitungkan. Ia di kenal dan dinobatkan sebagai taj’ulama an-Nuhat (mahkota ilmu nahwu). Ia kemudian diangkat menjadi dosen di madrasah kota Hamat selama beberapa Tahun.

Ketika itu namanya mulai tersohor. Sultan al-Maliku as-Sholih Najmuddin al-Ayyubi, seorang penguasa Mesir, meminta Ibnu Malik mengajar di Kairo Mesir. Ia menetap di Kairo untuk beberapa tahun hingga akhirnya kembali ke Damaskus. Di kota ini, sampai akhir hayatnya, Ibnu Malik menggembleng murid-muridnya yang terkenal, seperti Badruddin Ibnu Malik, Ibnu Jama’ah, Abu Hasan al-Yunaini, Ibnu Nahhas, dan imam an-Nawawi.

Sebagai kitab alfiyahnya yang melegenda, Ibnu Malik juga sejatinya menulis dan mengarang beberapa kitab yang hampir semuanya dalam bidang linguistik. Diantaranya:

  • Al-Muwashal Fi Nadzm al-Mufashsal,
  • Sabk al-Mandzum wa-Fakk al-Makhtum,
  • Ikmal al-‘Alam bi Mutslats al-Kalam,
  • Lamiyah al-Afal wa-Syarhuha,
  • Al-Muqoddimah al-Asadiyah,
  • Iddah al-Lafidz wa-‘umdah al-Hafidz,
  • Al-‘Itidha fi az-Zha wa ad-Dhad
  • Irab Musykil al Bukari

Isi Kitab

Sebagaimana yang sudah disinggung di awal, kitab ini merupakan kitab yang berbentuk nadzom-nadzom. Nadzom-nadzom tersebut nantinya terbagi menjadi 80 bab dengan tambahan 1 bab muqoddimah dan 1 bab khotimah. Sehingga total keseluruhannya ada 82 bab. Berikut daftar isi dari kitab alfiyah Ibnu Malik:

  • Muqaddimah
  • Bab Kalam dan Susunannya
  • Bab Mu’rab dan Mabniy
  • Bab Nakiroh dan Ma’rifah
  • Bab Isim ‘Alam
  • Bab Isim Isyarah
  • Bab Isim Maushul
  • Bab Ma’rifah dengan Adat Ta’rif
  • Bab Ibtida’
  • Bab Kana dan Saudari-saudarinya
  • Bab Maa, Laa, Laata, dan In yang beramal Laisa
  • Bab Af’aalul Muqaarabah
  • Bab Inna dan Saudari-saudarinya
  • Bab Laa Untuk Menafikan Jenis
  • Bab Zhanna dan Saudari-saudarinya
  • Bab A’lama dan Araa
  • Bab Isim Faa’il
  • Bab Naa-ibul Faa’il
  • Bab Isytighaal
  • Bab Fi’il Muta’adiy dan Fi’il Laazim
  • Bab Tanaazu’ Dalam ‘Amal
  • Bab Maf’ul Muthlaq
  • Bab Maf’ul Lah
  • Bab Maf’ul Fiih (Zharaf)
  • Bab Maf’ul Ma’ah
  • Bab Istitsna’
  • Bab Haal
  • Bab Tamyiiz
  • Bab Huruf Jarr
  • Bab Idhaafah
  • Bab Mudhof kepada Ya’ Mutakallim
  • Bab ‘Amal Mashdar
  • Bab ‘Amal Isim Faa’il
  • Bab Binaa’ Mashdar
  • Bab Binaa’ Isim Faa’il, Binaa’ Isim Maf’uul dan Binaa’ Shifat Musyabbah
  • Bab Shifat yang Menyerupai Isim Faa’il
  • Bab Ta’ajjub
  • Bab Ni’ma, Bi-sa dan Maa yang Berlaku Seperti Keduanya
  • Bab Af’aalut Tafdhiil
  • Bab Na’at
  • Bab Taukid
  • Bab ‘Athaf
  • Bab ‘Athaf Nasaq
  • Bab Badal
  • Bab Nidaa’
  • Bab Fashl Tentang Taabi’ Munaada
  • Bab Munada Mudhof pada Ya’ Mutakallim
  • Bab Isim-Isim yang Hanya Berlaku Pada Nidaa’
  • Bab Istighatsah
  • Bab Nudbah
  • Bab Tarkhim
  • Bab Ikhtitshash
  • Bab Tahdziir dan Ighraa’
  • Bab Isim Fi’il dan Isim Ashwat
  • Bab Nun Taukid
  • Bab isim Ghairu Munsharif
  • Bab I’rab Fi’il
  • Bab ‘Amil Jazm
  • Bab Fashl Law
  • Bab Ammaa, Laulaa dan Laumaa
  • Bab Khabar dari Alladzi dan Alif Lam
  • Bab ‘Adad (Bilangan)
  • Bab Kam, Ka-ayyin dan Kadza
  • Bab Hikayah
  • Bab Ta-nits
  • Bab Maqshur dan Mamdud
  • Bab Cara Mentatsniyah dan Menjama’kan Isim Maqshur dan Mamdud
  • Bab Jama’ Taksir
  • Bab Tashghir
  • Bab Nasab
  • Bab Waqaf
  • Bab Imalah
  • Bab Tashrif
  • Bab Tambahan Hamzah Washal
  • Bab Ibdal (Penggantian Huruf)
  • Bab Fashl Penggantian Wau dari Ya‘
  • Bab Fashl Berkumpulnya Wawu dan Ya’
  • Bab Fashl Pemindahan Harakah pada Huruf Mati Sebelumnya
  • Bab Fashl Penggantian Fa’ Ifti’al pada Ta’
  • Bab Fashl Membuang Fa’ Fi’il Amr dan Fi’il Mudhari’
  • Bab Idgham
  • Khatimah Nazhm

Harga Kitab

Berkaitan dengan harga dari kitab yang fenomenal ini, bisa dikatakan harganya terbilang sangat murah dan terjangkau. Berdasarkan pengamatan kami, harga kitab jurumiyah ini berada di kisaran dari angka 3.500 hingga ratusan ribu rupiah. Perbedaan harga tersebut dipengaruhi dari kertas dan bentuk ukuran kitab.

Berikut harga kitab alfiyah yang kami dapatkan dari beberapa marketplace online:

HargaJenis Kitab
Sekitar Rp. 3.500Matan Alfiyah Ukuran Saku
Sekitar Rp. 8.000Kitab Alfiyah Ukuran A5
Sekitar Rp. 22.500Terjemah Alfiyah Per Kata
Sekitar Rp. 219.000I’rob Alfiyah Cet DKI
Sekitar Rp. 40.000Kitab Alfiyah Makna Gandul
Sekitar Rp. 25.000Syarah Ibnu Aqil Ala Alfiyah
Sekitar Rp. 60.000Terjemah Alfiyah Syarah Ibnu Aqil

Penutup

Bagaimana, sudah jelas mengenai synopsis dan profil dari kitab Alfiyah Ibnu Maik? Semoga dengan membaca ini Anda akan semakin tercerahkan mengenai kitab yang sangat fenomenal dalam ilmu tata bahasa arab ini.

Baca Juga:

10 Kitab yang Biasanya Dipelajari di Pesantren

Photo of author

Rifqi

Saya adalah orang yang hidup di lingkungan pesantren dan sangat mencintai suasana keagamaan di sana. Saya merasa sangat senang ketika mempelajari ilmu agama dan merasa bahwa itu adalah hal yang sangat penting dalam hidup saya.