Kitab Kuning: Pengertian, Sejarah, dan Ciri-cirinya

Bagi orang awam khususnya yang belum mengetahui tentang kepesantrenan tentu akan berfikir dan bertanya-tanya “Apa sih sebenarnya yang dipelajari para santri di pesantren?” Nah bagi Anda yang belum tahu, para santri di pesantren biasanya mengkaji berbagai kitab klasik. Kitab klasik yang dipelajari di pesantren disebut juga “Kitab Kuning”.

Nah di artikel ini kami akan sedikit mengulas mengenai apa sih sebenarnya kitab kuning itu? Penasaran kan? Berikut ulasannya!

Pengertian

Secara umum kitab kuning adalah kitab klasik alias bukan kontemporer yang biasanya dipelajari di pesantren, khususnya pesantren salaf. Secara bahasa, kitab diambil dari bahasa arab yang memiliki makna buku. Adapun kuning tentu merupakan warna yang tentu sudah Anda ketahui bagaimana warnanya.

Kenapa dinamakan kitab kuning? Hal ini dikarenakan jika biasanya kertas pada buku berwarna putih, maka berbeda dengan kitab kuning. Sesuai namanya, kitab ini menggunakan kertas yang berwarna kuning, terkadang kuning agak cerah maupun kuning yang agak gelap.

Sejarah

Menurut Prof Dr KH Mustafa Ali Yaqub “Kitab Kuning” awalnya merupakam sebuah istilah untuk melecehkan dan menghinakan oleh orang-orang yang tidak senang dengan ulama. Mereka mengejek dengan mengatakan, “Apa yang diketahui oleh ulama tentang urusan Negara, sementara mereka tidak membaca kecuali kitab kuning saja”

Awalnya memang sangat menyakitkan dan merendahkan, tetapi di zaman now ini namanya diterima sebagai salah satu istilah teknis dalam studi kepesantrenan. Bahkan sekarang justru istilah ini menjadi bentuk kemuliaan dan keagungan.

Misalnya saja saat ada seseorang yang berfatwa dalam masalah keagamaan, masyarakat langsung berkomentar, “Bagaimana mungkin orang ini berfatwa, sementara membaca kitab kuning saja ia tidak bisa?”

Isi Kitab Kuning

Sebagai kitab yang dipelajari di pesantren, tentu kitab kuning merupakan sebuah buku yang berisi mengenai materi-materi keisalaman. Didalamnya terdapat berbagai pembahasan mengenai islam yang sangat jelas. Pembahasan tersebut tentunya akan sesuai dengan bidang ilmu islam tertentu yang ditentukan oleh penulis kitab.

Diantara bidang ilmu yang kerap menjadi pembahasan di dalam kitab kuning adalah: Aqidah, Fiqih, Ushul Fiqih, Tarikh, Mantiq, Nahwu, Sharaf, Balaghah, Tafsir Qur’an, Hadits, Tauhid, dan berbagai ilmu keislaman lainnya.

Karena merupakan kitab tentang keislaman, maka bahasa yang digunakan dalam penulisan kitab kuning adalah Bahasa Arab. Hal ini dikarenakan Bahasa Arab dan islam tak bisa dipisahkan. Keduanya bagaikan dua buah sumpit yang saling membutuhkan. Bahasa Arab adalah bahasa islam, dan islam tidak bisa dipahami selain dengan bahasa Arab.

Kemudian kenapa menggunakan Bahasa Arab? Karena biasanya para penulis kitab kuning merupakan orang Arab. Bahkan kalaupun ada kitab kuning yang dibuat oleh ulama dari Indonesia, kitab tersebut juga tetap akan ditulis dengan Bahasa Arab.

Ciri-ciri Kitab Kuning

Sebagai pembeda dari buku-buku yang lain, ada beberapa ciri-ciri khusus yang terdapat di kitab kuning. Antara lain:

Tidak berharokat. Maksudnya adalah bahwa kitab kuning tidak memiliki harokat seperti yang ada di dalam Al-Qur’an. Karenannya kitab kuning juga sering disebut dengan nama “kitab gundul”. Hal ini dimaksudkan untuk dua hal. Pertama, agar para pembacanya belajar bahasa arab terlebih dahulu sebelum membacanya. Kedua, jika tidak mampu untuk mengkaji bahasa Arab, maka bisa dengan mengikuti kajian dari guru yang memiliki pemahaman terkait kitab tersebut.

Menggunakan rumus atau istilah tertentu. Misalnya kata “al arjah”. Kata ini memiliki makna bahwa apabila ada kata tersebut sebelum sebuah kalimat, maka kalimat tersebut merupakan kalimat yang dirajihkan (dikuatkan pendapatnya) oleh jumhur ulama.

Pembahasannya dari umum ke khusus. Maksudnya adalah setiap pembahasan di kitab kuning sangatlah terstruktur. Para penulisnya membuat susunan dari hal yang umum hingga ke perkara yang rinci. Misalnya ketika membahas shalat. Yang dibahas terlebih dahulu adalah ketentuan umum di dalam shalat, baru kemudian membahas hal-hal yang sangat detail tentangnya.

Memiliki rantai sanad. Maksudnya adalah setiap kitab kuning yang dikaji biasanya terdapat sanad kitab. Maksud sanad disini adalah rantai keilmuan hingga penulis kitab. Contohnya saya mengkaji dari guru a, guru a dari guru b, guru b dari guru c, dan guru c dari penulis kitab. Hal ini dimaksudkan agar pemahaman yang didapatkan santri tidak melenceng dari pemahaman sang penulis kitab.

Pesantren dan Kitab Kuning

Sudah menjadi hal yang mafhum, bahwa pesantren dan kitab kuning tak bisa dipisahkan. Keduanya sudah seperti manusia yang tak bisa hidup dengan tanpa adanya oksigen. Karenanya jika ada santri yang tidak mengkaji kitab kuning, maka kesantriannya patut dipertanyakan.

Nah mengenai metode pengajaran kitab kuning, ada beberapa metode pengajaran yang biasanya digunakan di pesantren-pesantren, khususnya pesantren salaf. Antara lain:

Bandongan. Metode ini biasanya merupakan metode utama dalam pengajaran kitab kuning yang berlaku di seluruh pesantren yang ada di Indonesia. Metode ini berupa seorang kyai atau guru mengupas kitab kuning dihadapan para santrinya dengan cara yang sangat detail. Nantinya para kyai akan membahas kitab dari mulai huruf per hurur, kata per kata, kalimat per kalimat, hingga kitab tersebut khatam dikaji para santri.

Sorogan. Metode ini merupakan metode yang cukup sulit dihadapi para santri, khususnya para santri pemula. Dalam praktiknya metode ini berupa seorang santri duduk dihadapan sang kyai sambil membawa kitab kuning dan membaca serta menterjemahkannya dihadapan sang kyai. Nantinya sang kyai akan mendengarkan dan mengkoreksi bacaan santri bila terdapat kesalahan dalam cara membaca dan menerjemahkannya.

Jenis-jenis Kitab Kuning

Dalam penyusunannya, kitab kuning bisa dibagi menjadi beberapa jenis. Jenis-jenis tersebut antara lain:

  • Kitab Matan. Merupakan kitab yang ringkas, padat dan jelas. Biasanya kitab ini ditulis dalam bentuk nazham-nazham (bait-bait) dan ditulis dengan gaya bahasa yang mudah dipahami. Karena itu cocok dikaji para santri pemula. Kemudian karena sifatnya yang ringkas, maka kitab ini membutuhkan penjelasan-penjelasan yang lebih mendalam. Contoh dari kitab matan adalah matan taqrib dan matan jurumiyah.
  • Kitab syarah. Merupakan kitab yang menjelaskan, menambahkan, mengomnetari atau mengkritik mengenai kitab matan. Dalam penulisan kitabnya, umumnya sang penulis kitab akan memasukkan kitab matan yang dijelaskannya dalam kitab syarah yang ditulisnya. Contoh kitab matan yang terkenal adalah Tuhfatus Saniyah (syarah Jurumiyah) dan Fathul Qarib (syarah Taqrib)
  • Kitab hasyiyah. Merupakan kitab yang menjelaskan kitab syarah. Karenanya kitab ini sangatlah mendetail dalam penjelasannya. Selain itu terkadang bahasa yang digunakan sangat sulit dipahami para santri pemula. Karenanya kitab ini hanya cocok dikaji oleh para santri senior yang sudah memiliki kemampuan bahasa Arab cukup mumpuni. Contoh kitab hasyiyah yang terkenal adalah: Hasyiyah Al Baijuri (hasyiyah Fathul Qarib)

Contoh-contoh Kitab Kuning

Sejatinya tak terhitung berapa jumlah kitab kuning yang ada di dunia ini. Hal ini dikarenakan para ulama senantiasa terus belajar dan tidak pernah berhenti dalam mengembangkan ilmu-ilmu islam. Namun ada beberapa kitab kuning yang sudah masyhur di kalangan kaum santri. Nah berikut ini kami sebut beberapa kitab kuning dengan bidang keilmuan yang umum dikaji di pesantren.

  • Nahwu: Jurumiyah, Mutammimah Jurumiyah, Imrithi, Alfiyah Ibnu Malik, Mughni Al Labib, Qatrunnada, dll
  • Sharaf: Amsilah Thasrifiyah, Kailani, Qawaidul I’lal, dll
  • Hadits: Mukhtarul Hadits, Arbain Nawawi, Mustholah Hadits, dll
  • Fiqih: Taqrib, Safinatunnaja, Fathul Qarib, Kifayatul Akhyar, dll
  • Ushul Fiqih: Waraqat, Jam’ul Jawami, dll
  • Adab: Ta’lim Muta’aalim, Tadzkiratus Saami wal Mutakallim, dll
  • Tauhid: Aqidatul Awam, Kifayatul Awam, dll
  • Bagaimana, Anda sudah mengetahui gambaran umum mengenai kitab kuning?

Baca Juga: 10 Kitab Kuning yang Biasanya Dipelajari di Pesantren

Nah, itulah penjelasan tentang kitab kuning yang bisa kami sampaikan. Semoga dapat menambah khazanah keilmuan pembaca sekalian!

Photo of author

Rifqi

Saya adalah orang yang hidup di lingkungan pesantren dan sangat mencintai suasana keagamaan di sana. Saya merasa sangat senang ketika mempelajari ilmu agama dan merasa bahwa itu adalah hal yang sangat penting dalam hidup saya.