Mengenal Irama Sika: Pengertian, Sejarah & Tingkatannya

Irama sika adalah salah satu irama dalam ilmu seni baca Qur’an. Jika Anda ingin mengetahuinya secara lebih rinci, maka beruntung sekali Anda mampir ke artikel ini. Disini kami akan mengajak Anda untuk berkenalan dengan irama yang cukup sulit tersebut.

Pengertian Irama Sika

Irama sika adalah salah satu dari banyak irama Al Qur’an yang sering dilantunkan oleh setiap qori di seluruh dunia. Bisa dikatakan, sika merupakan sebuah irama yang cukup unik. Gerakannya yang ringan dan bersahaja menjadikan ia berbeda dengan irama lain.

Nah, irama ini juga amat sesuai untuk digunakan pada ayat-ayat yang menceritakan kisah Nabi atau kaum, kerohanian, hari kiamat dan sebagainya. Hal ini dikarenakan ia mempunyai alunan yang lembut hingga dapat menusuk kalbu setiap pendengarnya.

Kemudian, suatu hal baru yang diciptakan tentu memiliki sifat dan kegunaan. Tak terkecuali dengan irama sika. Ia juga memiliki sifat dan kegunaan tertentu yang sangat berarti dalam membaca Al Qur’an agar semakin nikmat didengar. Berikut ini sifat dan kegunaan irama sika:

Sifat-sifat irama sika:

  • Mempunyai gerak lembut.
  • Mempunyai sifat lemah lembut yang menawan hati.
  • Mempunyai sifat kesesuaian dengan tingkatan suara yang lebih tinggi.

Kegunaan lagu sika:

  • Melembutkan suara bacaan.
  • Memberi kepuasan kepada pembaca dan pendengar.
  • Memberi penyesuaian kepada ayat-ayat yang menunjukkan memohon petunjuk dan merayu.
  • Menambah seni tartil pada sebutan huruf-huruf kalimat dan ayat-ayat yang dibaca.
  • Membawa kepada rasa khusyu’ dan keinsafan.

Sejarah Irama Sika

Aktivitas pelaguan Al Qur’an sejatinya telah dilakukan sejak masa Nabi SAW, bahkan beliau sendiri lah yang melagukan Qur’an dengan suaranya yang indah dan merdu. Suatu ketika Abdullah bin Mughaffal pernah mengilustrasikan suara Rasulullah dengan terperanjatnya unta yang ditunggangi Nabi ketika Nabi melantunkan surah Al Fath.

Tak ketinggalan, para sahabat yang mulia juga memiliki himmah yang besar untuk melagukan Al Qur’an. Sejarah mencatat banyak sahabat kibar yang berpredikat sebagai qari’, diantaranya adalah: Abdullah Ibnu Mas’ud dan Abu Musa Al Asy’ari.

Disusul berikutnya pada masa tabi’in, tercatat Umar bin Abdul Aziz dan Safir Al Lusi sebagai qari’ yang masyhur. Sedangkan pada masa tabi’ tabi’in masyhur dikenal sebagai qori adalah Abdullah bin Ali bin Abdillah Al Baghdadi dan Khalid bin Usman bin Abdurrahman.

Meskipun di masa awal Islam sudah tumbuh lagu-lagu Al Quran, namun perkembangannya tidak bisa dilacak dikarenakan tidak ada bukti kuat yang dapat diteliti secara lebih mendalam. Hal ini dimungkinkan karena pada saat itu belum ada alat perekam suara atau yang sejenisnya.

Karena itu periwayatan seni baca Al Quran berlangsung secara sederhana dan turun temurun dari generasi ke generasi. Selain itu, sejarah pun tak mencatat perkembangannya pasca generasi tabi’ tabi’in.

Singkat cerita, barulah pada awal abad ke-20 masuk dua aliran utama lagu Qur’an masuk ke Indonesia. Kedua aliran tersebut ialah aliran Makkah dan Mesir. Untuk aliran Makkah dikenal lagu Banjakah, Hijaz, Mayya, Rakby, dan Dukkah. Adapun untuk aliran Mishri dikenal Bayyati, Hijaz, Shoba, Rost, Jiharkah, Sikah, dan Nahawand.

Sebenarnya irama sika ini berasal dari wilayah parsi. Hanya saja irama ini sempat dirubah oleh para pakar lagu Arab dan Mesir yang kemudian terkumpul dalam lagu-lagu Mesir.

Karena itu, sebagai irama yang merupakan aliran mishri, ia mulai berkembang di Indonesia sejak paruh abad 20. Hal ini seiring dengan gencarnya eksebisi qari’ Mesir ke Indonesia. Yang mana dengan hadirnya mereka menjadikan maraknya lagu model Mishri di tangah-tengah qori Indonesia.

Bahkan saking gencarnya, pada tahun 60-an pemerintah Mesir mensuplai sejumlah maestro qari’ ternama kala itu seperti Syeikh Abdul Basith Abdus Somad, Syeikh Musthofa Ismail, Syeikh Mahmud Kholil Al Hushori, dan Syeikh Abdul Qadir Abdul Azim.

Tingkatan Irama Sika

Dalam praktik pengamalannya, ada tiga tingkatan nada yang harus diperhatikan setiap qori sebelum menggunakan irama sika dalam membaca Al Qur’an. Berikut tingkatannya:

  • Iraqi (nawa)
  • Turki (jawab)
  • Variasi Raml

Contoh Irama Sika

Lantas, seperti apakah irama sika yang baik dan benar sesuai kaidah? Dan bagaimanakah cara belajar irama ini secara otodidak? Berikut ini beberapa link youtube yang dapat Anda jadikan sebagai contoh dalam belajar irama sika:

1. Belajar irama sika bersama Ust Takdir Feriza Hasan

https://youtu.be/nltGxQZAwI0

2. Contoh irama sika oleh Syaikh Bandar Balela

https://youtu.be/clSPh47OI2w

3. Bacaan irama sika oleh Ust Salim Ghazali

https://youtu.be/HfhgIKsRaGI

Demikian informasi seputar irama sika yang dapat kami sampaikan. Semoga Allah Swt. memberi kita kemudahan dan kelancaran dalam proses belajar dan mengajar Al Qur’an.

Baca juga:

Mengenal Macam-macam Irama Al Quran yang Indah

Mengenal Irama Jiharkah: Pengertian, Sejarah & Tingkatannya

Photo of author

Rifqi

Saya adalah orang yang hidup di lingkungan pesantren dan sangat mencintai suasana keagamaan di sana. Saya merasa sangat senang ketika mempelajari ilmu agama dan merasa bahwa itu adalah hal yang sangat penting dalam hidup saya.