9 Fakta Menarik Seputar Pesantren Langitan

Pondok Pesantren Langitan bisa dikatakan merupakan salah satu pesantren terbaik yang ada di Indonesia. Hal ini bukan tanpa alasan, sebab pesantren ini memiliki sejarah yang sangat panjang dan telah terbukti menghasilkan ulama besar di setiap zaman. Karena itu, di artikel ini kami akan sedikit mengulas mengenai berbagai fakta menarik yang ada di pesantren Langitan

Asal Muasal Nama “Langitan”

Mungkin sebagian orang bertanya-tanya, kenapa pesantren ini dinamakan langitan? Apakah karena pesantren ini dihuni oleh bangsa dari langit? Tentu jawabannya adalah tidak ya… Sebab penamaan langitan dari pesantren ini memiliki sejarah tersendiri, hal ini berdasarkan cap yang tertera pada kitab Fathul Mu’in tulisan tangan K.H. Ahmad Sholeh.

Dikisahkan saat pesantren ini berdiri, di daerah Widang terdapat dua papan nama yang dalam bahasa Jawa-nya disebut Plang. Ada plang barat (kulon) dan plang timur (wetan). Nah, pesantren ini kebetulan didirikan di plang wetan. Kemudian pengucapan plang wetan (papan sebelah timur) menjadi Plangitan. Kata inilah yang tertera dalam cap di kitab tulisan tangan tersebut. Akhirnya kata plangitan menjadi Langitan.

Berdiri Jauh Sebelum Indonesia Merdeka

Bisa dikatakan pesantren Langitan termasuk dari salah satu pesantren tertua yang ada di Indonesia. Hal ini dikarenakan pesantren ini didirikan pada tahun 1852. Langitan dulunya adalah hanya sebuah surau kecil tempat pendirinya, KH. Muhammad Nur mengajarkan ilmunya dan menggembleng keluarga dan tetangga dekat untuk meneruskan perjuangan dalam mengusir kompeni (penjajah) dari tanah Jawa.

Dalam rentang masa satu setengah abad pesantren ini telah menunjukkan kiprah dan peran yang luar biasa, berawal dari hanya sebuah surau kecil berkembang menjadi Pondok yang representatif dan populer di mata masyarakat luas baik dalam negeri maupun manca negara.

Mencetak Ulama-ulama Besar

Kredit Foto: Nasrul Yoyo

Selama perjalanannya, pesantren yang telah berusia lebih dari satu setengah abad ini telah berhasil mendidik dan meluluskan banyak ulama besar. Hal ini tentu menjadi bukti bahwa sistem pendidikan yang diterapkan berjalan dengan baik dan optimal. Diantara alumni langitan yang menjadi ulama besar adalah Syaikhona Kholil Bangkalan yang merupakan guru dari banyak ulama besar di Nusantara. Kemudian ada KH Hasyim Asy’ari sang pendiri NU pun pernah menjadi santri disini, dan banyak ulama lainnya.

Menggunakan Sistem Waktu Istiwa

Sebagai patokan dalam menandai waktu, biasanya kita tentu menggunakan jam sistem WIB/WIT/WITA. Maka tidak dengan pesantren ini. Langitan menggunakan waktu istiwa sebagai patokannya. Istiwa adalah sistem waktu yang menjadikan matahari sebagai patokan utama. Bentuk fisik jam ini berupa lempengan tembaga atau kuningan yang ditekuk serupa setengah lingkaran, kemudian di atasnya dipasang sebuah benda semacam paku.

Pada lempengan tembaga tersebut terukir angka-angka yang menunjukkan waktu. Pada saat matahari menyinari jarum, bayangannya akan jatuh pada angka tersebut. Kenapa sistem istiwa ini digunakan? Hal ini karena ia lebih akurat dalam menentukan waktu salat. Pasalnya, ia memang berpatokan langsung pada sinar matahari. Sebagaimana kita ketahui, sistem waktu shalat pada dasarnya juga berpatokan pada jam matahari.

Karena penggunan sistem inilah, tidak sedikit santri baru ataupun tamu yang berkunjung merasa kebingungan. Sebab terkadang waktu shalat berdasarkan sistem istiwa berbeda 10-30 menit dengan waktu shalat pada umumnya.

Penerapan Sistem Taftisy

Siftem taftisy adalah salah satu keunikan dari metode pendidikan yang diterapkan di pesantren ini. Sistem ini berupa kewajiban bagi setiap santri untuk menulis setiap pelajaran yang dipelajari. Yang dimaksud disini adalah kitab-kitab kuning. Para santri wajib sepenuhnya untuk memenuhi makna dalam kitab yang dikaji.

Nah nantinya setiap menjelang ujian, kitab-kitab tesebut akan diperiksa oleh para asatidz sebagai salah satu syarat mengikuti ujian. Jika kitab tersebut diperiksa dan didapati ada yang bolong (bahkan satu baris sekalipun), ia wajib untuk melengkapinya dulu. Jika tidak, maka santri tersebut tidak diperkenankan untuk mengikuti ujian.

Langitan dan Shalawat

Kredit Foto: Muchamad Sulaiman

Sejak dari dulu, tepatnya awal tahun 2000, Langitan telah dikenal sebagai kiblat shalawat. Hal ini bermula dari adanya grup shalawat Al Muqtashida yang merilis Lagu “Rohatil Athyar” ataupun “Wulidal Musyarraf”. Sejak saat itu hingga sekarang, pembacaan shalawat menjadi kegiatan rutinan pesantren.

Dalam jadwal rutinan pondok, ada dua majelis shalawat yang rutin digelar, yakni setiap malam Rabu berupa pembacaan burdah dan setiap malam Jumat untuk pembacaan Maulid Dziba’. Nah uniknya lagi, di setiap acara besar yang diselenngarakan di langitan, acara wajibnya adalah pembacaan maulid dan selawat.

No Smoking

Kredit Foto: Zainul Arifin

Jika pada umumnya pesantren bercorak salaf (tradisional) membebaskan santrinya untuk merokok, maka tidak dengan pesantren langitan. Disini pengurusya sangat tegas dalam melarang rokok. Bahkan jika Anda memasuki kawasan pesantren, di gerbang masuk telah tertulis sambutan berupa“Selamat Datang di Pondok Pesantren Langitan. Anda Masuk Kawasan Tanpa Rokok”. Kemudian di bagian dalam pesantren juga terpampang tulisan “Anda berada di Kawasan Tanpa Rokok”.

Uniknya lagi, aturan ini tidak hanya berlaku kepada santri, melainkan diberlakukan kepada setiap staf dan asatidz pesantren. Adapun pelaksanaan aturan ini langsung dikontrol oleh pengurus pesantren.

Sangat Ta’zim Kepada Kyai

Fakta menarik lainnya dari pesantren ini adalah begitu besar dan hormatnya para santri kepada kyai. Sejatinya memang hal ini sudah hampir menjadi suatu kepastian yang lumrah di setiap pesantren. Namun nilai plus dari adab di pondok ini adalah bahwa santri sangat menghormati kyai untuk hal-hal kecil sekalipun. 

Contohnya, sebagai bentuk adab dan penghormatan kepada kiai, para santri tidak berani melewati depan rumah kiai. Akan tetapi, para santri memilih untuk lewat jalan lain yang tidak melewati rumah beliau. Padahal jalan lain yang memutar itu jaraknya relatif lebih jauh. Dan itu tidak menjadi masalah bagi santri. Tidak melewati rumah kiai tersebut dimaksudkan agar tidak mengganggu beliau yang sedang beristirahat di dalamnya. 

Biaya dan Seleksi Masuk yang Ringan

Layaknya pesantren salaf lainnya, pesantren Langitan ini tidak memasang biaya yang mahal dalam pendidikannya, terutama jika dibandingkan dengan pondok pesantren tipe modern. Kemudian, disini pun tidak ada sistem seleksi yang rumit seperti beberapa pesantren lain. Seluruh santri yang ingin mendaftar biasanya akan langsung diterima untuk belajar. Hal ini memang karena niat pengasuh pesantren ingin mendulang pahala dengan mendidik banyak santri. 

Begitulah sekelumit fakta unik dan menarik seputar Pondok Pesantren Langitan. Semoga apa yang telah kami tulis dapat bermanfaat bagi Anda semua.

Baca juga:

(REVIEW) 9 Rekomendasi Pesantren di Tuban (2022)

Photo of author

Rifqi

Saya adalah orang yang hidup di lingkungan pesantren dan sangat mencintai suasana keagamaan di sana. Saya merasa sangat senang ketika mempelajari ilmu agama dan merasa bahwa itu adalah hal yang sangat penting dalam hidup saya.