Terjemah Nadzom Maqsud Lengkap

Anda sedang menghafalkan Nadzom Maqsud? Atau Anda sedang mengkaji Nadzom Maqsud dan membutuhkan terjemahannya? Jika iya tepat sekali datang ke artikel kami ini. Disini kami menyajikan terjemahan dari rangkaian bait-bait yang membahas ilmu sharaf ini.

Namun bila Anda membutuhkan Nadzom Maqsud versi arabnya, maka bisa klik di link ini Matan Nadzom Maqsud

Muqaddimah

Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang

1. Berkata sang penulis kitab setelah mengucapkan pujian pada Zat yang Maha Jalal, adalah bershalawa kepada Nabi dan Keluarganya.

2. Hamba (penulis) yang menjadi tawanan Yang Maha Pengasih lagi Mulia, yaitu Syekh Ahmad bin Abdurrohim.

Bab Fiil Tsulatsi

3. Fi’il tsulasi mujarrod (fi’il yang terdiri dari 3 huruf asal dan tanpa (bebas) huruf tambahan (ziyadah ), babnya itu ada 6 yang akan diterangkan dengan tertib.

4. Apabila ‘ain fi’il dari fi’il madli itu dibaca fathah, maka ‘ain fi’il dari fi’il mudlori’ itu bisa menjadi 3 wajah, yaitu :

  • 1). Kasroh [فَعَلَ يَفْعِلُ]
  • 2). Dhommah [فَعَلَ يَفْعُلُ]
  • 3). Fathah [فَعَلَ يَفْعَلُ]

5. Apabila ‘ain fi’il dari fi’il madli itu dibaca dlomah [فَعُلَ] maka ‘ain fi’il dari fi’il mudlori’ itu hanya dibaca dlomah saja [يَفْعُلُ] dan apabila ‘ain fi’il dari fi’il madli itu dibaca kasroh [فَعِلَ] maka ‘ain fi’il dari fi’il mudlori’ itu boleh dibaca fathah [يَفْعَلُ] dan kasroh [يَفْعِلُ].

6. Fi’il tsulasi mujarrod yang ikut wazan [فَعَلَ يَفْعَلُ] itu disyaratkan ‘ain fi’il atau lam fi’ilnya harus berupa salah satu huruf halqi yang 6 [ء، غ،ع، ح، خ، ه] dan jika tidak berupa huruf halqi maka hukumnya syad (menyimpang dari qoidah yang telah ditentukan).

Bab Fiil Ruba’i Mujarrod dan Ruba’i Mulhaq

7. Fi’il ruba’i mujarrod fi’il yang huruf asalnya ada 4 dan tanpa huruf tambahan itu babnya ada satu yaitu [فَعْلَلَ- يُفَعْلِلُ], sedangkan fi’il ruba’i mulhaq mujarrod (fi’il yang huruf asalnya ada 3 dan di tambah satu huruf untuk disamakan dengan ruba’i mujarrod) itu babnya ada 6.

8. Yaitu:

  • [فَوْعَلَ – يُفَوْعِلُ];
  • [فَعْوَلَ – يُفَعْوِلُ];
  • [فَيْعَلَ – يُفَيْعِلُ];
  • [فَعْيَلَ – يُفَعْيِلُ];
  • [فَعْلَي – يُفَعْلِي];
  • [فَعْلَلَ – يُفَعْلِلُ].

Bab Fiil Tsulatsi Mazid

9. Fi’il tsulasi mazid (fi’il yang terdiri dari 3 huruf asal lalu menerima huruf tambahan) itu babnya ada 14 dan terbagi menjadi 3 yang akan diterangkan pada bait berikut:

10. Yang pertama adalah fi’il tsulasi mazid ruba’i (fi’il yang terdiri dari 3 huruf asal lalu ditambah satu huruf) adapun babnya itu ada 3 yaitu :

  • [أَفْعَلَ – يُفْعِلُ] seperti [أَكْرَمَ – يُكْرِمُ]
  • [فَاعَلَ – يُفَاعِلُ] seperti [خَاصَمَ – يُخَاصِمُ]
  • [فَعَّلَ – يُفَعِّلُ] seperti [فَرَّحَ – يُفَرِّحُ]

11. Yang kedua adalah fi’il tsulasi mazid khumasi (fi’il yang terdiri dari 3 huruf asal lalu mendapat dua huruf tambahan) adapun babnya itu ada 5

12. Yaitu

  • [اِنْفَعَلَ – يَنْفَعِلُ] seperti [اِنْكَسَرَ – يَنْكَسِرُ]
  • [اِفْتَعَلَ – يَفْتَعِلُ] seperti [اِجْتَمَعَ – يَجْتَمِعُ]
  • [اِفْعَلَّ – يَفْعَلُّ] seperti [اِحْمَرَّ – يَحْمَرُّ]
  • [تَفَعَّلَ – يَتَفَعَّلُ] seperti [تَعَلَّمَ – يَتَعَلَّمُ]
  • [تَفَاعَلَ – يَتَفَاعَلُ] seperti [تَخَاصَمَ – يَتَخَاصَمُ]

13. Yang ketiga adalah fi’il tsulasi mazid sudasi (fi’il yang terdiri dari 3 huruf asal lalu mendapat tiga huruf tambahan) adapun babnya itu ada 6.

14. Yaitu

  • [اِسْتَفْعَلَ – يَسْتَفْعِلُ] seperti [استغفر – يستغفر]
  • [اِفْعَوْعَلَ – يَفْعَوْعِلُ] seperti [اعشوشب – يعشوشب]
  • [اِفْعَوَّلَ – يَفْعَوِّلُ] seperti [اجلوذ – يجلوذ]
  • [اِفْعَنْلَي – يَفْعَنْلِي] seperti [اسلنقي – يسلنقي]
  • [اِفْعَنْلَلَ – يَفْعَنْلِلُ] seperti [اقعنسس – يقعنسس]
  • [افعَالَّ – يَفْعَالُّ] seperti [اِحْمَارَّ – يَحْمَارُّ]

Bab Fiil Ruba’i Mazid

15. Fi’il ruba’i mazid khumasi (fi’il yang terdiri dari 4 huruf asal lalu mendapatkan tambahan satu huruf) yang babnya ada satu yaitu : [تَفَعْلَلَ – يَتَفَعْلَلُ] seperti [تدخرج – يتدخرج]

16. Fi’il ruba’i mazid sudasi ( fi’il yang terdiri dari 4 huruf asal lalu mendapatkan tambahan dua huruf ),sedangkan wazannya ada 2 yaitu:

  • [اِفْعَلَلَّ – يَفْعَلِلُّ] seperti [اقشعر – يقشعر]
  • [اِفْعَنْلَلَ – يَفْعَنْلِلُ] seperti [اخرنجم – يخرجم]

Bab Mashdar

16. Masdar itu dibagi menjadi 2 macam yaitu: Masdar mim (masdar yang huruf pertamanya berupa mim zaidah) dan Masdar ghoiru mim (masdar yang huruf pertamanya tidak berupa mim zaidah).

17. Sedangkan masdar ghoiru mim itu terbagi menjadi 2 bagian yaitu: Masdar ghoiru mim dari fi’il tsulasi mujarrod itu hukumnya sama’i (ketentuan dari orang Arab dan tidak bisa disamakan dengan wazannya) dan Masdar ghoiru mim dari selain fi’il tsulasi mujarrod (fi’il ruba’i , khumasi dan sudasi) itu hukumnya qiyasi (bisa disamakan dengan wazannya).

18. Masdar mimnya fi’il tsulasi mujarrod dari bina’ ajwaf,shohih,mahmuj atau mudlo’af itu harus mengikuti wazan مَفْعَلٌ (mim dan a’in difathah) dan

19. Apabila ikut wazan مَفْعِلٌ (mim fathah, a’innya dikasrah) maka hukumnya syadz (jarang terjadi).

20. Isim zaman dan isim makannya fi’il tsulasi mujarrod dari bina’ ajwaf, shohih, mahmuz atau mudo’af yang ‘ain mudlori’nya dibaca dlomah يَفْعُلُ atau dibaca fathah يَفْعَلُ itu juga ikut wazan مَفْعَلٌ, jika a’in mudlori’nya dibaca kasroh maka isim zaman dan isim makannya ikut wazan مَفْعِلٌ.

21. Masdar mim, isim zaman dan isim makan dari fi’il tsulasi mujarrod yang terdiri dari bina’ naqish dan lafif maqrun itu harus mengikuti wazan مَفْعَلٌ (fathah a’in fi’ilnya), dan jika dari bina’ mu’tal mitsal atau bina’ lafif mafruq maka harus mengikuti wazan مَفْعِلٌ (kasroh a’in fi’ilnya).

22. Wazannya masdar mim,isim zaman dan isim makan dari fi’il selain tsulasi mujarrod (ruba’i,khumasi dan sudasi) itu seperti mudlori’nya ketika mabni majhul (huruf pertama didlomah dan huruf sebelum akhir di fathah).

23. Begitu juga isim maf’ul dan isim fa’ilnya, hanya saja untuk isim fa’il itu a’in fi’ilnya (huruf sebelum akhir) dikasroh dan huruf mudlro’ahnya diganti dengan huruf mim.

Bab Keadaaan Fiil Madhi, Fiil Amr, dan Hamzah Washol

24. Akhirnya f’il madli itu dimabnikan fathah secara mutlak (fi’il tsulasi mujarrod atau ghoiru tsulasi mujarrod),cjika tidak bertemu dengan wawu.

25. Jama’ atau dlomir rofa’ mutaharrik dan jika bertemu dengan wawu jama’ maka mabni dlom dan bila bertemu dlomir rofa’ mutaharrik maka mabni sukun, adapun fi’il madli yang mabni ma’lum itu huruf pertamanya harus dibaca fathah secara mutlak (fi’il tsulasi mujarrod atau ghoiru tsulasi mujarrod).

26. Kecuali fi’il khumasi dan sudasi yang dimulai dengan hamzah washol maka huruf pertamanya harus dibaca kasroh seperti اِمْتَحَنَ.

27. Hamzah washol adalah hamzah yang dibaca (ditetapkan) jika berada dipermulaan kalimah dan tidak dibaca (dibuang) jika berada ditengah-tengah kalimah.

28. Hamzah washol tersebut berada pada : fi’il amar dan masdarnya fi’il khumasi dan sudasi, lafadh أَلْ أَيْمُن, fi’il amarnya tsulasi mujarrod yang huruf kedua dari mudlori’nya mati (sukun) seperti اِحْهَرْ.

29. Lafadh , أثنتين ، اثنتين، ابنم، أنب، أبنة،

30. Lafadh است dan اسم, semua hamzah washol itu harus dibaca kasroh kecuali hamzah yang berada pada lafadh الْ dan أُيْمُن maka harus dibaca fathah.

31. Hamzah yang berada pada fi’il amar dari fi’il tsulasi mujarrod yang ikut wazan أُفْعُلْ (a’in fi’ilnya domah) yang a’in fi’il mudlori’nya didlomah dan yang bertempat pada fi’il khumasi dan sudasi yang dimabnikan majhul itu harus dibaca dlomah seperti اُسْتُخْرِجَ، أُمْتُحِنَ.

32. Fi’il madli mabni majhul itu huruf yang pertama didlomah dan huruf sebelum akhir dikasroh.

Bab Fiil Mudhori Mabni Ma’lum dan Mabni Majhul

33. Tandanya fi’il mudlori’ adalah dimulai dengan huruf mudloro’ah yang dikumpulkan dalam lafadh نَأْتِي (nun, hamzah, ta’, ya’) dengan ketentuan menunjukkan arti yang telah masyhur (populer).

34. Fi’il mudlori’ mabni ma’lum itu huruf mudloro’ahnya (نَأْتِي) itu harus dibaca fathah, kecuali fi’il ruba’i maka huruf mudloro’ahnya dibaca dlomah.

35. Huruf sebelum akhir dari fi’il mudlori’ mabni ma’lum selain tsulasi mujarrod (ruba’i,khumasi dan sudasi) itu harus dibaca kasroh.

36. Kecuali fi’il yang ikut wazan تَفَعَّلَ، تَفَاعَلَ dan تَفَعْلَلَ, maka huruf sebelum akhir harus dibaca fathah.

37. Fi’il mudlori’ mabni majhul itu huruf mudloro’ahnya (نَأْتِي ) harus dibaca dlomah dan huruf sebelum akhir dibaca fathah.

38. Akhirnya fi’il mudlori’ itu dii’robi menurut kebutuhan amil yang masuk pada fi’il tersebut yaitu wajib dibaca rofa’ jika sunyi dari amil nawashib dan jawazim dan jika kemasukan amil jawazim maka harus dibaca jazm.

39. Fi’il mudlori’ yang dimasuki lam amar itu disebut amar ghoib,sedangkan jika dimasuki la nahi maka disebut fi’il nahi.

40. Akhirnya fi’il mudlori’ yang kemasukan lam amar atau la nahi itu harus disukun jika berupa huruf shoheh seperti لِتَمِلْ dan لا تَمِلْ, jika akhirnya berupa huruf ilat maka huruf ilatnya harus dibuang seperti لِيَرْمِ ، لِيَغْزُ، لِيَخْشَdan لا تَخْشَ, dan jika berupa af’alul khomsah maka nunnya harus dibuang seperti لِيَنْصُرُوْا ,sedangkan nun jama’ inats itu harus ditetapkan seperti لِيَنْصُرْنَ، لِتَنْصُرْنَ

Bab Membuat Fiil Amr Hadir

41. Cara membuat amar hadir adalah dengan mendatangkan fi’il mudlori’ lalu huruf mudloro’ahnya dibuang kemudian bila huruf yang berada setelah huruf mudloro’ah itu mati, maka harus mendatangkan hamzah washol seperti اُنْصُرْ، اِضْرِبْ، اِعْلَمْ، اِنْطَلِقْ، اِسْتَغْفِرْ dan jika setelah huruf mudloro’ah berupa huruf yang berharokat (hidup), maka harus ditetapkan tanpa mendatangkan hamzah washol seperti قُمْ، عِدْ.

42. Adapun akhirnya fi’il amar hadlir itu dimabnikan menurut fi’il mudlori’nya ketika tingkah jazm

Bab Bentuk Isim Fa’il

43. Isim fa’il tsulasi mujarrod yang fi’ilnya ikut wazan فَعِلَ (a’in fi’il dikasroh) yang muta’adi atau ikut wazan فَعَلَ (a’in fi’il difathah) baik muta’adi atau lazim itu ikut wazan فَاعِلٌ seperti عَلِمَ isim fa’ilnya عَالِمٌ dan lafadh عَزَمَ isim fa’ilnya عَازِمٌ.

44. Fi’il tsulasi mujarrod yang ikut wazan فَعُلَ (a’in fi’il didlomah) itu isim fa’ilnya ikut wazan فَعْلٌ atau فَعِيْلٌ seperti ضَحُمَ isim fa’ilnya ضَخْمٌ, atau ظَرُفَ isim fa’ilnya ظَرِيْفٌ , dan jika tidak mengikuti salah satu dari wazan tersebut maka hukumnya nadir (langka) seperti حَسُنَ فهو حَسَنٌ , نَعُمَ فهو نَاعِمٌ ، شَجُعَ فهو شُجَاعٌ, طَهُرَ فهو طَاهِرٌ ، بَطُلَ فهو أَبْطَلُ

45. Fi’il tsulasi mujarrod yang ikut wazan فَعِلَ yang lazim itu isim fa’ilnya itu mengikuti salah satu dari 3 wazan yaitu : فَعْلاَنُ , اَفْعَلَ , فَعِلَ seperti فَرِحٌ فهو فَرِحَ , اَحْمَرُ فهو حَمِرَ , عَطْشَانُ فهو عَطِشَ dan jika tidak mengikuti salah satu dari wazan tersebut maka hukumnya sama’i seperti سَالِمٌ فهو سَلِمَ.

Bab Bentuk Isim Maf’ul

46. Wazannya isim maf’ul dari tsulasi mujarrod itu ada 2 yaitu : مَفْعُوْلٌ seperti مَنْصُوْرٌ dan فَعِيْلٌ seperti قَتِيْلٌ

Bab Bentuk Shigat Mubalaghah

47. Wazannya shighot mubalaghoh atau shighot katsroh itu ada 5 yaitu :

  • فَعَّالٌ seperti فَتَّاحٌ 
  • فَعُوْلٌ seperti شَكُوْرٌ 
  • فَعِلٌ seperti غَفِلٌ 
  • فَعِيْلٌ seperti عَلِيْمٌ
  • مِفْعَالٌ seperti مِسْقاَمٌ 

Bab Tashrifnya Fiil Shohih

48. Fi’il madli dan fi’il mudlori’ baik yang mabni ma’lum atau majhul itu bisa ditashrif menjadi 14 bentuk (waqi’) begitu juga fi’il amar dan fi’il nahi yang mabni majhul itu juga bias ditashrif menjadi 14 bentuk (wajah) dengan perincian:

49. 3 bentuk menunjukkan arti ghoib 3 bentuk menunjukkan arti ghoibah 3 bentuk menunjukkan arti mukhotob 3 bentuk menunjukkan arti mukhothobah

50. Dan2 bentuk menunjukkan arti muttakalim, sedangkan fi’il amar dan fi’il nahi yang mabni ma’lum itu tidak ada waqi’ muttakalimnya (hanya bisa ditashrif menjadi 12 wajah)

51. Isim fa’il dari tsulasi mujarrod itu bisa ditashrif menjadi 10 wajah :

  • فَاعِلٌ untuk mufrod mudzakar
  • فَاعِلاَنِ untuk tatsniyah mudzakar
  • فَاعِلُوْنَ untuk jamak mudzakar

52. Lanjutannya

  • فُعَّالٌ untuk jamak taksir
  • فُعَّلٌ untuk jamak taksir
  • فَعَلَةٌ untuk jama’ taksir

53. Lanjutannya

  • فَاعِلَةٌ untuk mufrod mu’anats
  • فَاعِلَتَانِ untuk tatsniyah mu’anats
  • فَاعِلَاتٌ untuk jamak mu’anats
  • فَوَاعِلُ untuk jama’ muntahal jumu’

54. Isim maf’ul dari fi’il tsulasi mujarrod itu bisa ditashrif menjadi 7 wajah dengan perincian yaitu:

  • مَفْعُوْلٌ untuk mufrod mudzakar
  • مَفْعُلَانِ untuk tatsniyah mudzakar
  • مَفْعُوْلُوْنَ untuk jamak mudzakar

55. Lanjutannya

  • مَفْعُوْلَةٌ untuk mufrod mu’anats
  • مَفْعُوْلَتَانِ untuk tatsniyah mu’anats
  • مَفْعُوْلَاتٌ untuk jamak mu’anats
  • مَفَاعِيْلٌ untuk shighot muntahal jumu’

56. Fi’il amar dan fi’il nahi baik hadlir atau ghoib yang mabni ma’lum atau majhul itu bisa diberi nun taukid tsaqilah (yang ditasydid) atau nun taukid khofifah (yang disukun),namun untuk amar dan nahi yang tasniyah dan jama’ inats itu tidak boleh bertemu dengan nun taukid khofifah seperti لِيَنْصُرَنَّ, اُنْصُرَنَّ, لَايَنْصُرَنَّ, لَاتَنْصُرَنَّ,اُنْصُرَنْ, لَاتَنْصُرَنْ

Bab Menerangkan Tentang Faidah-faidah

57. Fi’il tsulasi mujarrod yang lazim itu bisa dijadikan muta’adi dengan 3 cara yaitu:

  • Di muta’adikan dengan menambah hamzah naqol seperti اَكْرَمَ زَيْدٌ بَكْرًا asalnya كَرُمَ زَيْدٌ
  • Di muta’adikan dengan menambah tasydid seperti فَرَّحَ زَيْدٌ خَالِدًا asalnya فَرِحَ زَيْدٌ
  • Di muta’adikan dengan huruf jer seperti ذَهَبَ زَيْدٌ بِعَمْرٍ asalnya ذَهَبَ زَيْدٌ

58. Adapun fi’il lazim dari selain fi’il tsulasi mujarrod itu hanya bisa dimuta’adikan dengan huruf jer seperti اِنْطَلَقَ زَيْدٌ بِخَالِدٍ asalnya اِنْطَلَقَ زَيْدٌ dan jika اَدَوَاتُ التَّعْدِيَةِ (alat untuk memuta’adikan) itu dibuang maka fi’ilnya menjadi lazim kembali seperti اِنْطَلَقَ, ذَهَبَ,كَرُمَ.

59. Fi’il tsulasi mazid ruba’i yang ikut wazan فَاعَلَ itu yang banyak berfaidah مُشَارَكَةْ بَيْنَ اثْنَيْنِ (musyarokah bainas naini) seperti ضَارَبَ زَيْدٌ عَمْرًا dan sedikit yang tidak berfaidah مُشَارَكَةْ بَيْنَ اثْنَيْنِ (musyarokah bainas naini) seperti قَاتَلَ اْلِالَهُ زَيْدًا

60. Fi’il yang ikut wazan تَفَاعَلَ itu yang banyak مُشَارَكَةْ بَيْنَ اثْنَيْنِ فَاَكْثَرَ (satu pekerjaan yang dilakukan oleh oleh dua orang atau lebih) seperti تَضَارَبَ زَيْدٌ عَمْرٌوَبَكْرٌ , تَصَالَحَ اْلقَوْمُ dan terkadang berfaidah اِظْهَارُ مَا لَيْسَ فِى اْلوَاقِعِ (menampakkan sesuatu yang sebenarnya tidak terjadi atau pura-pura) seperti تَمَارَضَ زَيْدٌ

61. Fi’il tsulasi mazid khumasi yang ikut wazan اِفْتَعَلَ itu apabila fa’ fi’ilnya itu berupa huruf ithbaq (shod,dlod,tho’ dan dho’) maka ta’ اِفْتَعَلَ nya harus diganti dengan tho’ seperti اِضْطَرَبَ, اِصْطَبَرَ اِطْطَهَرَ, dan اِظْظَهَرَ asalnya اِضْتَرَبَ, اِصْتَبَرَ اِطْتَهَرَ, dan اِظْتَهَرَ.

62. Fi’il yang ikut wazan اِفْتَعَلَ jika fa’ fi’ilnya (د,ذ,ز) ( maka ta’ اِفْتَعَلَ nya harus diganti dengan dal seperti اِزْدَجَرَ , اِذْدَكَرَ, اِدَّعَى asalnya اِزْتَجَرَ , اِذْتَكَرَ, اِدْتَعَى

63. Dan jika fi’il yang ikut wazan اِفْتَعَلَ itu fa’ fi’ilnya berupa ( ث,و,ي) yang mati maka fa’ fi’ilnya harus diganti dengan ta’ kemudian ta’ tersebut harus diidghomkan pada ta’ ifti’alnya seperti اِثَّغَرَ,اِتَّسَرَ,اِتَّصَلَ asalnya اِثْتَغَرَ,اِيْتَسَرَ,اِوْتَصَلَ

64. Huruf zaidah ( tambahan ) itu ada 10 yaitu م,ن,ت,ل,هـ ,ا,س,ي,و,أ (hamzah,wawu,ya’, sin,alif,ha’,lam,ta’,nun dan mim) yang terkumpul dalam lafadh اُوَيْساً هَلْ تَنَمْ dengan syarat berada pada kalimah yang huruf asalnya ada 3 atau lebih dan kalimah tersebut sudah mempunyai makna yang sempurna sebelum dimasuki huruf ziyadah tersebut seperti اِنْكَسَرَ,قَاتَلَ,اَكْرَمَ.

65. Fi’il ruba’i baik ruba’i mujarrod ,ruba’i mulhaq atau tsulasi mazid ruba’i itu yang banyak adalah muta’adi kecuali yang ikut wazan فَعْلَلَ maka yang banyak adalah lazim seperti دَرْبَجَ زَيْدٌ.

66. Semua fi’il khumasi baik tsulasi mazid khumasi atau ruba’i mazid khumasi itu yang banyak berlaku lazim kecuali yang ikut تَفَعَّلَ,اِفْتَعَلَ dan تَفَاعَلَ maka ada yang lazim dan muta’adi

67. Begitu juga berlaku lazim semua fi’il sudasi baik tsulasi mazid sudasi atau ruba’i mazid sudasi kecuali yang ikut wazan اِسْتَفْعَلَ maka ada yang muta’adi dan ada yang lazim serta dikecualikan lagi lafadh اِسْرَنْدَى yang menunjukkan arti غَلَبَ ( mengalahkan ) dan lafadh اِغْرَنْدَى yang menunjukkan arti قَهَرَ ( memaksa ) maka harus dimuta’adikan maf’ul satu

68. Hamzahnya wazan اَفْعَلَ itu mempunyai 7 arti sebagai berikut:

  • تعدية (Ta’diyah)
  • صيرورة (Shoiruroh)
  • كثرة (Katsroh)

69. Lanjutannya

  • حينونة (Haenunah)
  • ازالة (Izalah)
  • وجدان ( Wijdan )
  • تعريض (Ta’ridl)

70. Syin wazan اِسْتَفْعَلَ itu mempunyai 6 arti yaitu :

  • طلب( Tholab )
  • صيرورة(Shoiruroh)
  • وجدان( Wijdan )

71. Lanjutannya

  • اعتقاد( I’tiqod )
  • تسليم ( Taslim )
  • سؤال ( Su’al )

Bab Tentang Huruf Illat dan Hukum-hukumnya

72. Huruf-huruf yang terdapat dalam واى (waw, alif, ya’) itu dalam istilah shorof disebut :

  • Huruf علّة( ilat )
  • Huruf لين( len )
  • Huruf مد( mad )
  • Huruf زيادة( ziyadah )

73. Setiap fi’il madli yang fa’ fi’ilnya berupa salah satu dari huruf-huruf tersebut (واى ) itu disebut fi’il bina’ mu’tal, kalau berupa wawu maka disebut fi’il bina’ mu’tal fa’ wawi seperti وَضَحَ dan kalau berupa ya’ maka disebut fi’il bina’ mu’tal fa’ ya’i seperti يَسَرَ

74. Fi’il bina’ naqish adalah tiap-tiap fi’il yang lam fi’ilnya (huruf akhir) berupa huruf ilat (واى) kalau berupa huruf ilat wawu disebut fi’il bina’ naqish wawi seperti غَزَا asalnya غَزَوَ, kalau berupa huruf ilat ya’ disebut fi’il bina’ naqish ya’i seperti مَشَى asalnya مَشَىَ ,sedangkan fi’il bina’ ajwaf adalah tiap-tiap fi’il yang a’in fi’ilnya (huruf tengah) berupa huruf ilat (واى) kalau berupa huruf ilat wawu disebut fi’il bina’ ajwaf wawi seperti قَالَ asalnya قَوَلَ, kalau berupa huruf ilat ya’ disebut fi’il bina’ ajwaf ya’i seperti بَاعَ asalnya بَيَعَ.

75. Fi’il madli yang a’in dan lam fi’ilnya berupa huruf ilat itu disebut fi’il bina’ lafif maqrun seperti, قَوِيَ شَوَى.

76. Sedangkan apabila fa’ fi’il dan lam fi’ilnya berupa huruf ilat itu disebut fi’il bina’ lafif mafruq seperti وَفَى,وَقَى.

77. Apabila ada fi’il yang a’in dan lam fi’ilnya terdiri dari huruf sejenis maka huruf yang pertama harus diidghomkan pada huruf yang kedua ( diganti dengan tasydid ) dan disebut fi’il bina’ mudlo’af.

78. Fi’il bina’ mahmuz adalah tiap-tiap fi’il madli yang fa’a’in dan lam fi’ilnya berupa hamzah kalau fa’ fi’ilnya berupa hamzah maka disebut mahmuj fa’ , kalau a’in fi’ilnya berupa hamzah maka disebut mahmuj a’in, dan kalau lam fi’ilnya berupa hamzah maka disebut mahmuj lam seperti قَرَأَ,سَأَلَ,أَفَلَ.

79. Selain bina’ tersebut diatas (mitsal,ajwaf,naqish,lafif,mahmuj dan mudlo’af ) itu disebut bina’ shohih yaitu tiap-tiap fi’il madli yang fa’a’in dan lam fi’ilnya tidak berupa huruf ilat, tidak berupa hamzah serta a’in dan lam fi’ilnya tidak berupa huruf yang sejenis seperti غَفَرَ,فَتَحَ,ضَرَبَ.

Bab Tentang Fiil Mu’tal, Mudho’af dan Mahmuz

80. Kalau ada wawu atau ya’ yang hidup berada setelah harokat fathah maka harus diganti dengan alif seperti كَفَى,غَزَا asalnya كَفَىَ,غَزَوَ.

81. Fi’il bina’ naqish wawi dan ya’i yang bertemu dengan wau jama’ atau ta’ ta’nits sakinah, maka alif yang gantian dari wawu atau ya’ harus dibuang karena bertemu dua huruf yang mati seperti غَزَوْا asalnya غَزَاوْا dari ,غَزَوَوْا غَزَتْ asalnya غَزَاتْ dari غَزَتَا, غَزَوَتْ asalnya غَزَاتَا dari غَزَوَتَا.

82. Fi’il bina’ naqish tersebut baik wawi atau ya’i jika bertemu dengan nun jama’ inats ,alif tasniyah dan dlomir (muttakalim,mukhotob atau mukhotobah) maka wawu atau ya’ tersebut itu tidak diganti alif seperti غَزَوْنَ / رَمَيْنَ , غَزَوَا / رَمَياَ , غَزَوْتُِ / رَمَيْتُِ.

83. Wawu dan ya’ yang hidup berada pada fi’il bina’ ajwaf serta berada setelah harokat fathah itu seperti yang berada pada fi’il bina’ naqish yakni harus diganti alif seperti كَالَ,قَالَ asalnya كَيَلَ,قَوَلَ

84. Fi’il bina’ ajwaf itu apabila disandarkan pada nun jama’ inats maka alifnya yang gantian dari wawu atau ya’ itu harus dibuang sebagaimana alifnya fi’il bina’ naqish ketika disandarkan ( bertemu ) dengan ta’ ta’nits sakinah kemudian fa’ fi’il bina’ ajwaf tersebut didlomah jika berupa ajwaf wawi seperti قُمْنَ asalnya قَوَمْنَ dan dikasroh jika berupa bina’ ajwaf yai seperti سِرْنَ asalnya سَيَرْنَ

85. Kalau ada ya’ mati atau hidup berada setelah harokat kasroh maka harus ditetapkan ( tidak diganti dengan alif ) seperti خَشِيْتُ رَبِّى, خَشِىَ مُحَمَّدٌ رَبَّهُ

86. Kalau ya’ tersebut mati dan berada setelah harokat dlomah maka harus diganti dengan wawu seperti يُوْقِنُ,يُوْسِرُ asalnya يُيْقِنُ,يُيْسِرُ

87. Apabila ada wawu mati yang berada setelah harokat kasroh maka harus diganti dengan ya’ seperti جِيْرَ asalnya جِوْرَ

88. Apabila ada wawu hidup menjadi lam fi’il yang berada setelah harokat kasroh maka harus diganti dengan ya’ seperti غَبِىَ asalnya غَبِوَ

89. Apabila ada wawu atau ya’ hidup sedangkan huruf sebelumnya berupa huruf shohih yang mati maka harokatnya wawu atau ya’ tersebut harus dipindahkan pada huruf shohih yang mati tersebut,kemudian kalau yang dipindah itu harokat fathah maka wawu atau ya’ tersebut harus diganti dengan alif.

90. Seperti يَقُوْلُ يَكِيْلُ, asalnya يَكْيِلُ,يَقْوُلُ dan يَخَافُ يَهَابُ, asalnya يَخْوَفُ يَهْيَبُ,

91. Apabila ada wawu atau ya’ berharokat dlomah yang dibaca rofa’ dan berada diakhir fi’il mudlori’ (menjadi lam fi’il) maka harus disukun karena dianggap beratnya dlomah pada wawu atau ya’ tersebut.

92. Seperti يَرْمِى يَخْشَى, يَعْفُوْ , asalnya يَرْمِىُ يَخْشَىُ, يَعْفُوُ ,

93. Fi’il mudlori’ yang akhirnya (lam fi’il) berupa wawu atau ya’ itu apabila bertemu dengan wawu jama’ atau ya mu’anats mukhothobah maka wawu atau ya’ tersebut harus dibuang seperti تَغْزِيْنَ, يَمْشُوْنَ,يَغْزُوْنَ dan تَمْشِيْنَ asalnya تَغْزُوِيْنَ, يَمْشِيُوْنَ,يَغْزُوُوْنَ dan تَمْشِيِيْنَ. Sedangkan jika bertemu dengan alif tasniyah maka tidak boleh dibuang akan tetapi harus diharokati fathah seperti seperti يَمْشِيَانَ,يَغْزُوَانَ

Bab Bentuk Isim Fail dan Maf’ul Bina Mu’tal

Isim Fail Bina Ajwaf

94. Apabila wawu atau ya’ nya isim fa’il dari bina’ ajwaf yang berada setelah alif zaidah ( tambahan ) maka harus diganti dengan hamzah seperti قَائِلٌ,سَائِرٌ,نَائِمٌ asalnya قَاوِلٌ,سَايِرٌ,نَاوِمٌ.

Isim Fa’il Bina Naqish

95. Ya’nya isim fa’il dari bina’ naqish yang tidak dibaca nashob (dibaca rofa’ atau jer) dan tidak bersamaan dengan al (اَلْ) itu harus dibuang seperti غَازٍ , رَامٍ asalnya , غَازِوٌ , رَامِىٌ مَرَرْتُ بِغَازٍ , مَرَرْتُ بِرَامٍ asalnya مَرَرْتُ بِغَازِوٍ , مَرَرْتُ بِرَامِىٍ.
Adapun jika dibaca nashob atau bersamaan dengan al maka harus ditetapkan seperti جَاءَ الرَّامِى, جَاءَ الْغَازِى , رَاَيْتُ غَازِيًا , رَاَيْتُ رَامِيًا

Isim Maf’ul Bina Ajwaf dan Naqish

96. Harokatnya wawu atau ya’ isim maf’ul dari bina’ ajwaf itu harus dipindahkan pada huruf shohih yang mati sebelumnya untuk meringankan, maka huruf shohih tersebut dikasroh jika yang dibuang itu huruf ya’, lalu maf’ulnya dibuang karena bertemunya dua huruf yang mati dalam satu kalimah sepertiمَكِيْلٌ asalnya مَكْيُوْلٌ

97. Apabila ada dua wawu atau dua ya’ yang berkumpul pada isim maf’ulnya bina’ naqish, sedangkan huruf yang pertama mati dan yang kedua maka huruf yang pertama harus diidghomkan pada huruf yang kedua seperti مَغْزُوٌّ danمَخْشِىٌّ asalnya مَغْزُوْوٌdan مَخْشِىْيٌ.

Fiil Amr Bina Ajwaf

98. Harokatnya wawu atau ya’ dalam fi’il amar hadlir dari bina’ ajwaf itu harus dipindah pada huruf shohih sebelumnya yang mati,lalu wawu atau ya’ yang mati tersebut dibuang karena berkumpulnya dua huruf yang mati dalam satu kalimah seperti لِيَقُلْ danلِيَمِلْ asalnya لِيَقْوُلْ danلِيَمْيِلْ

99. Begitu juga harokatnya wawu atau ya’ pada fi’il amar hadlir dari fi’il bina’ ajwaf itu harus dipindah pada huruf shohih sebelumnya yang mati dengan membuang hamzah washol karena sudah tidak dibutuhkan lagi , lalu wawu atau ya’ tersebut yang menjadi a’in fi’il harus dibuang karena bertemunya dua huruf yang mati dalam satu kalimah seperti قُلْ asalnya اُقْوُلْ

100. Wawu atau ya’ yang dibuang dalam fi’il amar hadlir dan amar ghoib dari bina’ ajwaf tersebut harus dikembalikan lagi jika menunjukkan tasniyah atau jama’ mudzakar seperti لِيَقُوْلُوْا,لِيَقُوْلاَ,قُوْلُوْا,قُوْلاَ. Sedangkan wawu, ya’ atau alif yang menjadi huruf akhir fi’il amar hadlir atau amar ghoib dari fi’il bina’ naqish mufrod itu harus dibuang seperti لِيَغْزُ لِيَرْمِ, danلِيَخْشَ asalnya لِيَغْزُوْ لِيَرْمِى, dan لِيَخْشَى ( Ghoib ) اُغْزُ اِرْمِ,danاِخْشَ asalnya اُغْزُوْ اِرْمِى,danاِخْشَى.

Fi’il Mudhari, Amar dan Nahi Bina Muktal

101. Dan dibuang juga Fa’ fi’ilnya fi’il bina’ mu’tal mitsal wawi pada fi’il mudlori’,amar atau nahi (hadlir atau ghoib) dari bab وَهَبَ وَعَدَ, dan وَرِثَ yaitu ikut wazan يَفْعَلُ- فَعَلَ

102. يَفْعِلُ- فَعَلَ dan يَفْعِلُ- فَعِلَ itu harus dibuang juga bab وَسِعَ yaitu yang ikut wazan يَفْعِلُ- فَعِلَ akan tetapi sedikit.

Fi’il Mudhari, Amar dan Nahi Bina Lafif Mafruq dan Maqrun

103. Lam fi’ilnya (huruf akhir) fi’il mudlori’ yang dijazmkan, fi’il amar dan fi’il nahi dari bina’ lafif maqrun atau lafif mafruq itu seperti lam fi’ilnya fi’il bina’ naqish yaitu harus dibuang seperti لَمْ يَطْوِ اِطْوِ, dan لاَتَطْوِ asalnya لَمْ يَطْوِى اِطْوِى, dan ى لاَتَطْوِ (Lafif maqrun), لَمْ يَقِ قِ, dan لاَتَقِ asalnya لم يَقِى اِوْقِى, dan لاَتَقِى (Lafif maqrun)

104. A’in fi’ilnya bina’ lafif maqrun itu seperti a’in fi’ilnya bina’ shohih yaitu tidak dirubah dan tidak dibuang seperti لَمْ يَشْوِ,اِشْوِ (lafif maqrun) sebagaimana لاَيَضْرِبْ,اِضْرِبْ (bina’ Shohih) Sedangkan fa’ fi’ilnya bina’ lafif mafruq itu hukumnya seperti fa’ fi’ilnya bina’ mu’tal mitsal wawi yakni harus dibuang pada fi’il mudlori’, fi’il amar dan fi’il nahi yang ikut wazan يَفْعِلُ- فَعَلَ , يَفْعَلُ- فَعَلَ ,يَفْعِلُ – فَعِلَ seperti يَمِقُ- وَمِقَ , يَلِى- وَلَى , يَقِى- وَقَى (lafif Mafruq) يَرِثُ- وَرِثَ , يَعِدُ- وَعَدَ, يَضَعُ- وَضَعَ (Mitsal wawi) sedangkan yang ikut wazan يَفْعَلُ- فَعِلَ maka tidak dibuang seperti يَوْجَى- وَجِىَ sebagaimana يَوْجَلُ- وَجِلَ (bina’ Shohih).

105. Tashrifannya fi’il amar hadlir dari bina’ lafif mafruq ialah قِيْنَ,قِيَا,قِى,قُوْ,قِيَا,قِهْ yakni hamzah washol dan fa’ fi’ilnya fi’il amar hadlir dari bina’ mitsal wawi yang ikut wazan , يَفْعِلُ- فَعَلَ , يَفْعَلُ- فَعَلَ يَفْعِلُ- فَعِلَ perinciannya sebagai berikut (للمفرد المذكر) قِهْ (للمفردة المؤنث) قِ , (لجمع المذكر) قُوْ , (للمثنى المذكر والمؤنث) قِيَا (لجمع المؤنث) قِيْنَ,

106. Apabila ada lafadh yang a’in dan lam fi’ilnya berupa huruf yang sama,sedangkan huruf yang pertama mati dan yang kedua hidup atau hidup keduanya maka huruf yang pertama harus diidghomkan pada huruf yang kedua seperti مَدَّ danمَدٌّ asalnya مَدَدَ danمَدْدٌ

107.Akan tetapi kalau a’in fi’ilnya yang hidup sedangkan lam fi’ilnya mati maka tidak boleh diidghomkan yakni harus dibaca idhar seperti مَدَدْتُ الْحَبْلَ dan مَدَدْنَ الْحَبْلَ dan apabila matinya lam fi’ilnya tersebut (huruf yang kedua) karena jazm baik untuk fi’il amar atau fi’il mudlori’ yang dijazemkan maka boleh idghom dan boleh idhar مُدَّ / اُمْدُدْ لَمْ يَفِرَّ , / لَمْ يَفْرِرْ

Fi’il Bina Mahmuz

108. Hamzahnya fi’il bina’ mahmuz itu apabila mati (disukun) maka boleh diganti huruf mad yang sesuai dengan harokat huruf sebelumnya yaitu kalau harokat huruf sebelumnya fathah maka hamzah tersebut diganti alif

109. Kalau dlomah maka hamzah tersebut diganti wawu dan kalau kasroh maka hamzah diganti dengan ya’ dan juga boleh ditetapkan (tidak diganti) seperti يَاكُلُ يُوْمِنُوْنَ, dan إِيْذَنْ asalnya يَأْكُلُ يُؤْمِنُوْنَ, dan إِئْذَنْ

110. Apabila hamzah fi’il bina’ mahmuz tersebut hidup dan huruf sebelumnya juga hidup maka tidak boleh diganti huruf mad seperti قَرَأَ dan سَأَلَ akan tetapi kalau huruf sebelumnya mati maka hamzah boleh diganti huruf mad dan boleh ditetapkan seperti سَلْ dan اِسْأَلَ

111. Membuang hamzahnya fi’il bina’ mahmuz yang berada pada fi’il amar seperti lafadh خُذْ مُرْ, dan كُلْ itu hukumnya syadz yaitu tidak sesuai dengan qoidah yang berlaku, adapun tashrifannya fi’il selain fi’il bina’ shohih sebagaimana bina’ mitsal, ajwaf, naqish, mahmuz, mudo’af dan lafif itu seperti tasyrifannya bina’ shohih.

Khatimah

112. Kami telah sempurna dan selesai menyusun nadhom al maqshud dalam ilmu shorof, kami selaku pengarang yang masih muda usianya mohon ma’af kepada Yang Maha Pemurah atas kekurangan pada kitab ini

113. Saya memuji kepada kehadirat Alloh SWT,seraya membaca sholawat dan salam kepada nabi Muhammad SAW, keluarga serta orang-orang yang membaca kitab ini.

Penutup

Bagaimana, sudah cukup jelas?

Jika Anda ingin mendapatkan syarah (penjelasan) dari nadzom maqsud ini, ada beberapa kitab yang dapat Anda jadikan sebagai referensi. Kitab-kitab tersebut antara lain:

  • Hallul Ma’qud min Nazhmil Maqshud karya Muhammad Ulaish Al-Maliki
  • Aunul Ma’bud Syarah Nazhmil Maqshud karya Abdurrohman Ibrahim Al-Suraihi.
  • Fathul Wadud Syarah Al-Lu’lu’ Al-Mandhud karya Ahmad Jabir Jabran.

Semoga bermanfaat ya!

Sumber: www.alkhairat.org

Photo of author

Rifqi

Saya adalah orang yang hidup di lingkungan pesantren dan sangat mencintai suasana keagamaan di sana. Saya merasa sangat senang ketika mempelajari ilmu agama dan merasa bahwa itu adalah hal yang sangat penting dalam hidup saya.